Mengenai Saya

Foto saya
Tuban, Jawa Timur, Indonesia
kegelisahan selalu menyelimuti saya, sehingga ruang dan waktuku selalu ada bersama imajinasi tanpa batas

Rabu, 26 Desember 2007

Siapa Bilang Siapa

Kehidupan ini memang menyenangkan, tetapi juga menyakitkan. Kita mengatakan senang, karena selalu dalam keberuntungan dan keberhasilan. Begitu juga dengan kata menyakitkan, karena selalu dalam kesedihan dan ketidakberhasilan.
Dua hal tersebut kita anggap wajar, tapi apabila menyakitkan dan menyenangkan hanyalah sebuah kambing hitam belaka, mengatakan siapa bilang siapa, maling teriak maling, ironis sekali......
Tidak jarang jika maling teriak maling dijadikan sebagai langkah menuju keberhasilan, atau dijadikan kambing hitam dari kegagalan. Hanya untuk menutupi diri dari sebuah image buruk, atau hanya sekedar untuk mencari "sandang pangan"...ironis dan memalukan...
Tidak pernahkah untuk berpikir, dengan langkah itu kita bahagia diatas penderitaan orang lain...? mungkin bukan manusia, karena ia tidak punya hati...

Selengkapnya......

Hidupmu Pasti Bahagia

Di usia yang masih belia, terbesit sebuah pikiran kapan aku akan merasakan bahagia. Karena yang kurasakan adalah kesedihan yang tak berujung...
Tuhan menurunkan pikiran lain dalam diriku, aku percaya bahwa kehidupan itu selalu ada 2 (dua) hal. Jika memang ada malam, pasti ada siang. Jika ada laki-laki, pasti juga ada perempuan. Begitu juga dengan adanya kesedihan, pasti ada kebahagiaan. Persentasenya pun tidak akan jauh berbeda. Jika sejak lahir sampai usia 23 tahun kesedihan dan penderitaan belum berakhir, aku yakin dalam kehidupan nanti aku juga akan merasakan kebahagiaan selama usia penderitaan.
Apakah kebahagiaan slalu dalam bentuk materi? cinta? atau tahta? Kadar kebahagiaan orang berbeda, tingkat kepuasan orang pun juga menjadi acuan. Ibaratnya, gelandangan, itu dapat bahagia karena sudah punya rumah atau dapat makan dengan bekerja, bukan meminta-minta. Ia tidak harus bahagia dengan ada mobil, rumah mewah atau lainnya, dengan kondisi itupun ia sudah cukup untuk bahagia.
Mungkin akan beda kebahagiaan gelandangan dengan kebahagiaan pegawai negeri. Tetapi pada prinsipnya, manusia pasti mengalami kebahagiaan, jika saat ini atau kemarin masih menderita atau mengalami kesedihan, pastikan esok nanti pasti akan bahagia selama usia penderitaan yang kita alami.....

Selengkapnya......

Menikah menambah angka kemiskinan

Banyak orang mungkin tidak akan pernah menyetujui judul ini. Karena pada prinsipnya, tujuan utama dalam segala aktifitas apapun adalah untuk menikah, meski sebenarnya banyak yang memungkiri. Jika judul tersebut menganggap bahwa menikah akan menambah angka kemiskinan, semestinya patut untuk direnungkan.
Menikah bagi penulis merupakan salah satu bentuk "sakral"nya hidup. Dianggap sakral, maka perlu ada prosesi ataupun sejenisnya. Untuk itu perlu kesiapan yang matang, baik lahir ataupun bhatin. Bukan coba-coba, karena menikah bukanlah suatu percobaan untuk dimainkan. Banyak yang menggantungkan diri, hanya dengan modal kesiapan bhatin, dengan menikah maka rezeki akan diraih. Pendapat atau pemikiran yang demikian ini, seperti halnya niatnya orang yang akan berjudi, mengharap suatu kemenangan, dengan mempertaruhkan apapun yang dimilikinya. Sekali lagi saya katakan menikah bukan coba-coba, apalagi seperti orang yang berjudi.
Pertaruhan dalam menikah seperti diatas, inilah perbuatan konyol. Mempertaruhkan masa depan dengan menikah. Kemudian, apakah kita hidup ini tidak pernah berhitung? Jika kebutuhan untuk setiap harinya saja masih kekurangan, mengapa menikah? apakah tidak akan semakin memperburuk keadaan? Bagaimana dengan nasib istri kita, belum lagi anak-anak kita kelak, memberi makan, memberi layanan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Jika kondisi kita kekurangan, kemudian mengajak istri juga kekurangan, terus anak-anak juga kekurangan, ini berarti menikah semakin menambah angka kemiskinan, karena yang kekurangan semakin banyak. Menikah bukanlah karena dorongan nafsu belaka. Jika pada kenyataannya belum siap, alangkah baiknya jika berpuasa. Banyak kasus perceraian muda, salah satu penyebabnya adalah masalah ekonomi.
Mungkin kiranya pemerintah perlu menertibkan usia perkawinan, agar masalah-masalah negara khususnya tentang ekonomi teutama kemiskinan, pendidikan dan kesehatan dapat ditekan. Lihatlah negeri Cina, dengan menekan laju pertumbuhan penduduk, negaranya semakin maju dan berkembang.

Selengkapnya......

Menyakitkan 1

Sekarang, ku rasakan ketidakadilan dan ketidaknyamanan dalam diriku. Di masa yang sekarang ini, masih ada orang-orang yang mencampuri segala urusan dan aktifitasku. Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Entah hari ini, esok, atau lusa, telah ku siapkan semua panca inderaku untuk menjamah dan memporakporandakan semua yang terlalu interfensi kepadaku.....

Selengkapnya......